Monthly Archives: Desember 2014

Wong Kang Nulis Kumpulana


jatatan Must Prast

Klub Baca Buku IGI

Sabtu pagi (27/12) kediaman saya kedatangan trio TLG (Tuban-Lamongan-Gresik). Ketiganya adalah penulis hebat alumni IKIP Surabaya dan punya prestasi gemilang. Mereka adalah Mbak Icha (b. Inggris 1992, Tuban), Mbak Dewi (b. Inggris 1993, Lamongan), dan Mbak Dina (b. Inggris 1993, Gresik).

Mbak Dewi aktif sebagai guru PNS dan andalan FLP Lamongan. Mbak Dina lebih mentereng, pernah menjadi jawara mendongeng tingkat Asia Tenggara di Vietnam pada 2012. Mbak Icha? Sampai saat ini saya masih mencari kiprahnya di Google, namun belum ketemu.

Ketiganya berkunjung dengan para jagoannya. Mbak Dina membawa bungsunya yang cerdas, Jasmine (kelas 2 SD). Mbak Dewi ditemani putra bungsunya yang sangat percaya diri. Sementara Mbak Icha datang bersama tiga jagoannya, yakni suami dan dua putranya yang ganteng-ganteng itu.

Bagaimanakah suasana bila empat alumnus IKIP Surabaya yang hobi memantau milis Keluarga Unesa tersebut berkumpul? Heboh! Reuni empat orang ini menandingi reuni akbar alumni Unesa yang biasanya tiap tahun dihelat. Read the rest of this entry

Boleh


: Jeng Ratih-ku sayang

aku, juga dirimu

tak bisa mencegah waktu

yang membawa segala kenangan kita

usia kita boleh menua

namun tidak dengan cintaku, juga dirimu

yang menghidupkan kenangan itu setiap waktu

Sidoarjo, 26 Desember 2014

Silaturahim Saudara Sepertulisan


Tjatatan Must Prast

Klub Baca Buku IGI

”Assalamualaikum…..!”

Ucapan salam itu lumayan membuat saya terperanjat. Saya langsung menyambar baju, kampes, dan celana panjang. Rencana sunah Rasul terpaksa saya tunda dulu. Hiks.

”Walaikumsalam….!”

Rupanya, suara itu milik Pak Yasin, sohib sepertulisan saya. Dia datang bersama istri dan empat anaknya.

Seingat saya, dia baru saja mengikuti prakongres Ikatan Guru Indonesia (IGI) di Martapura. ”Pokoknya saya nggak mau menggantikan posisi Pak Nanang di IGI, Bro,” ucap saya membuka perbincangan.

Ente ngomong opo? Yang mau milih dirimu itu siapa?” hardiknya. Pak Yasin memberikan bungkusan putih. Saya membukanya. Isinya sambel pecel Bu Hera dan gethuk pisang. ”Apaaaa??? Oleh-oleh khas dari Martapura hanya gethuk? Yang bener aja!” saya tidak terima. Read the rest of this entry

Mengeluhkan Pengisian Rapor K-13


Tjatatan Must Prast

Klub Baca Buku IGI

Pekan-pekan sebelum pengisian rapor murid-muridnya, nyonya saya sangat sibuk. Dia kebetulan wali kelas 2 SD yang sekolahnya menerapkan kurikulum 2013. ”Ribet,” komentarnya pendek saat saya tanyai pendapatnya tentang sistem pengisian rapor K-13.

Kesibukannya bertambah tinggi menjelang pembagian rapor. Hampir semua guru dan wali kelas di sekolahnya mengeluhkan kerumitan pengisian rapor tersebut. Salah satunya disebabkan nilai yang berupa deskripsi dalam rapor baru. Tidak ada angka.

Misalnya, poin 90-100 tergolong kategori A atau yang berarti sangat baik. Untuk nilai 70-80, kategorinya B atau baik. Kalau D, artinya pembelajarannya tidak tuntas.

Nah, pusingnya tuh di sini. Yaitu, pengisian tiap kompetensi dasar (KD) yang berbeda-beda. Untuk matematika, KD-nya ada lima. Sementara mapel bahasa Indonesia memiliki enam KD. Setiap KD ada deskripsinya masing-masing.

Uniknya, rapor ala kurikulum 2013 ini hanya mengeluarkan nilai pada KD yang dianggap sangat baik dan tidak tuntas. Banyak guru yang rela lembur untuk merampungkan pengisian nilai rapor yang mereka anggap ”menyiksa” batin dan fisik tersebut. Read the rest of this entry