Membaca Itu Mensyukuri Hidup


Know your limits. But never stop trying to break them…”

~ Kyle Maynard, pegulat

 

*****

 

the bitcoin pub

Sumber foto: The Bitcoin Pub

Di dunia kerja, tentu kita akan mudah menjumpai masalah. Mulai teman yang bersikap dengki, pimpinan yang menjengkelkan, hin

 

gga beban kerja yang dirasa berat. Semua itu keniscayaan. Tapi, jika tidak kuat, problem ini bisa membebani pikiran sehingga menyebabkan stres.

Hidup ini penuh dengan pilihan. Mau bahagia degan siap menghadapi segala masalah itu pilihan. Mau sedih dan menyerah pada keadaan itu juga pilihan.

Saya pun demikian. Orang yang hanya mengenal saya di MediaGuru bisa saja berpandangan bahwa hidup saya itu menyenangkan dan penuh dengan keceriaan. Padahal memang iya. Eh maaf, maksudnya, saya pun sering mengalami masalah. Entah itu uang yang dilinting kecil-kecil dan disembunyikan di dompet akhirnya ketahuan istri. Entah itu listrik yang tiba-tiba padam ketika berhubungan bilateral dengan istri. Banyak masalah lainnya yang cukup menguras emosi.

Tapi, sejujurnya saya pernah mengalami depresi berat. Itu terjadi ketika terjadi kecelakaan sepeda motor yang mengakibatkan tulang kaki patah, lutut remuk, hingga akhirnya menyebabkan osteoarthritis (kerusakan sendi). Rasanya amat menyiksa kalau sakit itu sedang kambuh-kambuhnya.

Namun, ketika membaca kisah inspiratif Pak Mulyanto Utomo, redaktur senior Solo Pos. Pada 4 April 2008, ia tertabrak mobil yang berjalan mundur tak terkendali. Sampai mobil itu berhenti setelah menghantam tembok rumah tetangganya.

Dalam peristiwa tersebut, Pak Mulyanto cedera parah. Tulang belakangnya patah, bergeser, dan saling tergencet. Ia pun lumpuh. Ia mengalami paraplegia inferi, yaitu kelumpuhan dengan rasa nyeri setiap saat di sekujur tubuh.

Secara psikologis, ia depresi berat. Diliputi kecemasan, kekhawatiran, dan waswas akan masa depan anak istri, pekerjaan, dan biaya perawatan.

Apakah lantas ia menyerah? Tidak. Ia membangun optimisme dengan ”berjalan” dalam kelumpuhan. Pasrah dan meningkatkan keimanan kepada Allah Yang Makakuasa.

Ia menulis. Banyak orang yang termotivasi. Alhasil, ia diberi penghargaan sebagai tokoh yang menginspirasi masyarakat pada 2010 dari PWI Solo dan Wali Kota Solo Joko Widodo. Pak Mulyanto membuktikan bahwa lumpuh bukan kiamat.

Dalam kisah lain, saya juga membaca No Excuses (2015). Buku biografi Kyle Maynard inilah yang juga menguatkan saya. Buku ini masih bisa dibeli secara daring seharga 19 dolar. Kalau beli di laman Amazon, harganya 6,67 dolar. Maaf, saya kok jadi ngendors begini.

Kyle Maynard merupakan pegulat profesional yang tidak punya tangan dan kaki. Ia memang punya mimpi menjadi pegulat andal dan itu dibuktikannya. Sejak lahir, ia sudah tak memiliki kaki dan tangan karena gangguan langka.

Dia mampu mewujudkan impiannya sebagai juara gulat dan menempuh pendidikan tinggi di University of Georgia. Dia pun menuliskan falsafah hidup dan pengalaman inspiratifnya lewat computer di rumah. Dijelaskan bahwa dia mampu mengetik 500 kata per menit (word per minute/WOM). Buku No Excuse menginspirasi banyak pembaca di dunia.

Membaca dua kisah di atas itulah yang membuat saya berusaha untuk tidak menyerah pada rasa sakit yang saya derita dahulu. Benar-benar membuat bersyukur.

Sebagaimana dikatakan Kyle Maynard, kita harus mengetahui batas kemampuan diri, tapi jangan pernah berhenti berjuang untuk menaklukkannya.

Maka, jangan pernah menyerah pada kesulitan. Membacalah agar kita lebih mensyukuri hidup. Bahwa masih ada orang lain yang perjuangannya jauh lebih luar biasa dalam melawan keterbatasannya. Bisa!

 

 

 

Castralokananta, 26 Desember 2019

 

About Eko Prasetyo

Mari Beramal lewat Ilmu

Posted on Desember 26, 2019, in Refleksi, Uncategorized. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar