Eureka Academia (3)

Little Hernowo

 

Catatan Eko Prasetyo

Head of Training Division Eureka Academia

Seorang rekan di Kementerian Perindustrian bertanya kepada saya tentang output Eureka Academia. ”Jadi little Hernowo!” sahut saya. Maksudnya?

Hernowo adalah mentor saya dalam menulis. Saya banyak belajar dari membaca buku-bukunya, termasuk yang mashyur seperti Mengikat Makna dan Andai Buku Itu Sepotong Pizza.

Petinggi penerbit Mizan tersebut merupakan salah satu penulis paling produktif di Indonesia. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa Hernowo baru mulai menulis pada usia 40-an. Namun, energinya dalam mengikat ide-ide yang berkelebat begitu luar biasa. Ketika booming novel Harry Potter yang sudah diterjemahkan ke dalam lebih dari 10 bahasa, Hernowo justru menerbitkan buku yang bikin pembaca muda penasaran: Aku Ingin Bunuh Harry Potter (Mizan, 2008).

Buku itu bersampul wajah CEO Mizan yang memegang tongkat sihir ala Harry Potter tersebut. Menarik. Setelah membacanya, buku tebal ini sebenarnya adalah seri lanjutan dari Mengikat Makna, namun khusus untuk segmen remaja. Dengan tulisan dan bahasa khasnya yang enak dibaca, buku ini memang cocok untuk remaja. Memprovokasi mereka untuk mau membaca dan menulis. Tak heran jika kemudian Hernowo dijuluki Bapak Mengikat Makna. Di sisi lain, ia juga aktif mengasuh rubrik-rubrik kepenulisan.

Meski usianya tak lagi muda, Hernowo terus memproduksi karya-karyanya, memproduksi gagasan-gagasannya, mengikat makna.

Ada yang menarik dari kisah hidup Hernowo. Suatu ketika, ia meminta tolong anaknya untuk menulis sebuah surat resmi buat koleganya. Namun, anaknya mengaku tak bisa membuat surat. Hernowo sangat prihatin. ”Bagaimana mungkin ini terjadi?” begitu kira-kira yang ada dalam benaknya. Dia bertanya-tanya apa saja yang dipelajari dalam bahasa Indonesia kok anaknya sampai tidak bisa menulis sebuah surat resmi.

Mulai saat itu Hernowo berjanji untuk terjun di dunia pendidikan. Ia menjadi guru bahasa Indonesia di sebuah sekolah Islam favorit di Bandung.

Saya masih betul ketika Hernowo bertubi-tubi mem-posting seri menulis dengan tema sastra di mailing list (milis) Ikatan Guru Indonesia. Lebih dari 50 seri.

Saya kira, Hernowo tidak sekadar memberikan informasi lewat tulisan-tulisannya tersebut. Saya yakin, ia sedang memprovokasi anggota milis untuk mau membagikannya segala ceritanya dengan menulis. Saya adalah salah satu yang terprovokasi.

Sadar bahwa milis juga menjadi media yang cocok untuk belajar menulis, saya ingin mendisiplinkan diri menulis lewat rubrik Terbitkan Bukumu. Setelah berpayah ria, jadilah 68 seri tulisan dalam kurun dua bulan lebih. Saya kumpulkan tulisan-tulisan tersebut dan jadilah 200 halaman lebih. Sudah bisa jadi buku dan saya kirimkan ke sebuah penerbit.

Karena itu, saya selalu menjadikan Hernowo sebagai contoh penulis yang baik. Kepada kawan tadi, saya katakan bahwa saya ingin menginspirasi para siswa Eureka Academia melalui perjalanan, kiprah, dan perjuangan Hernowo di dunia menulis.

Saya ingin mereka menjadi little Hernowo dan bisa menelurkan karya sebagaimana kawan-kawan sebaya mereka di kelompok penulis cilik Mizan (Kecil-Kecil Punya Karya/KKPK). Hernowo pernah mengatakan bahwa kegiatan baca dan tulis memang harus dibiasakan sejak dini. Inilah sebenarnya fondasi dalam membangun budaya baca tulis.

Menggantungkan cita-cita setinggi bintang dan berusaha meraihnya, itulah yang saya tanamkan kepada anak-anak didik kami. Di Eureka Academia, kami belajar bersama, menulis bersama, berani mengungkapkan gagasan, dan berlomba-lomba dalam berkarya. Dan jika itu terwujud, saya ingin melihat senyum mereka mengembang dan bergembira sambil berteriak: Eureka!!!

Sidoarjo, 23 November 2012

Tinggalkan komentar