Golden Generation 2 Smala Surabaya

2 copyPada 2012 UNESCO merilis data yang patut menarik perhatian kita semua. Isinya, indeks membaca orang Indonesia hanya 0,001. Artinya, satu buku dibaca oleh seribu orang. Hal ini berbeda jauh bila dibandingkan dengan Hongkong dan Singapura. Di dua negara tersebut seribu orang membaca sedikitnya 550 buku.

Setidaknya ini menjadi cerminan bagi semua kalangan. Tidak bisa dimungkiri bahwa budaya membaca di tingkat pelajar, misalnya, belum bisa dikatakan baik. Kalau buku umum belum membetot minat baca, apalagi buku pelajaran. Budaya literasi yang meliputi membaca dan menulis serta diskusi tidak menjadi primadona bagi para siswa Indonesia yang notabene generasi penerus bangsa ini.

Kebanyakan di antara mereka lebih banyak menghabiskan waktu di depan televisi maupun gadget untuk menyaksikan acara kesayangannya maupun bercengkarama dengan teman sejawatnya di dunia maya. Akibatnya, budaya hedonisme dan konsumerisme pun melekat dalam diri mereka.

Karena itu, upaya membangkitkan gairah literasi oleh SMA Negeri 5 Surabaya patut diacungi jempol. Program literasi sekolah diwujudkan dalam bentuk silent reading selama 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai. Targetnya, dalam satu tahun, para pelajar Smala (sebutan SMA Negeri 5 Surabaya) membaca 3.000 buku.

Program ini mulai dilaksanakan pada 2012 dan berkelanjutan hingga saat ini. Progresnya dahsyat. Hanya dalam tempo dua bulan saja, siswa-siswi Smala telah membaca setengah dari target tersebut atau sekitar 1.500 buku.

Saat ini tidak ada sudut tanpa membaca di lingkungan SMA Negeri 5 Surabaya. Untuk mendukung program tersebut, upaya lain diwujudkan dalam lomba menulis esai, cerpen, dan puisi. Hasilnya, pada 2012 terbit buku yang berisi karya-karya pilihan dari siswa-siswi SMAN 5 Surabaya dengan judul Golden Generation. Sambutannya begitu antusias. Sehingga program ini membuat masyarakat memberikan respons positif.

Pada 2014 Kepala SMAN 5 Surabaya Hj Sri Widiati SPd MM kembali berinisiatif untuk menghelat lomba menulis dan diterbitkan dalam buku Golden Generation 2. Tentu harapannya bukan sekadar menciptakan kompetisi yang sehat dan melahirkan bibit-bibit penulis andal, tetapi lebih dari itu SMAN 5 Surabaya ingin mendorong budaya literasi secara nasional yang dimulai dari lingkungan mereka.

Langkah ini patut diapresiasi. Mereka tampaknya benar-benar sadar dengan mengimplementasikan kalimat bijak ini: ”Orang yang rajin membaca bagaikan melihat masa lalu dan masa depan. Ia hadir di setiap sejarah”. Sebuah upaya yang menginspirasi.

Eko Prasetyo

jurnalis dan penulis buku

Tinggalkan komentar