Monthly Archives: Juli 2011
Lagi, Humas Unesa Ini Tidak Cermat
Moderator milis Keluarga Unesa (Ganesa) M. Ihsan melontarkan kritik terhadap salah satu berita di situs resmi Unesa. Dia mengeluhkan editing berita yang berjudul Pantau Langsung PLPG di Tuban tersebut. ”Lha ini kan website resmi, kok redaksinya (maaf) acakadul?” kata dia (milis Ganesa, 26/7/2011).
Keluhan itu bukan isapan jempol. Banyak kekeliruan yang tercecer di berita yang dimuat pada situs resmi Unesa (www.unesa.ac.id). Misalnya, penulisan kata profersi, respon, komperhensif, dan di didik. Sebuah kesalahan yang sebenarnya tak perlu terjadi jika proses penyuntingan dilakukan dengan lebih cermat. Kesalahan lainnya tampak pada penggunaan tanda baca yang kurang tepat. Misalnya, tanda baca koma ditulis tanpa spasi dengan kata sebelumnya.
Masih di berita yang sama, inkonsistensi dalam penulisan nama pun terjadi. Misalnya, dalam satu paragraf terdapat penulisan nama Mukhlas, tapi di paragraf lain ditulis Muklas. Padahal, itu merujuk para orang yang sama, yakni nama rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Ironisnya, penulisan nama tersebut pun keliru. Fatal. Yang betul adalah Muchlas Samani (sumber: http://muchlassamani.blogspot.com/).
Ke Baitullah Modal Doa Doang
”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat…”
QS Al Baqarah: 186.
***
Kawan ikhwan yang satu ini begitu bahagia. Wajahnya sangat semringah. Cerah sekali. Rupanya, itu tak lepas dari keinginannya yang terkabul. Yakni, bisa berlibur ke luar negeri.
”Saya bener-bener nggak nyangka,” ujarnya. Sebab, kata dia, sebagai pegawai rendahan, dirinya tak pernah bermimpi untuk bisa pergi ke luar negeri. Suatu saat seusai salat, dia memohon kepada Allah untuk bisa pergi ke luar negeri.
Mengapa sih ngebet pengen ke luar negeri? Dia mengaku sangat ingin membuka wawasannya tentang negara lain. Dalam soal apa pun sebagai perbandingan dengan Indonesia.
Doa bapak satu anak ini benar-benar diijabah. Bagaimana bisa? Pada Maret 2011, kantor tempatnya bekerja mengadakan gathering selama empat hari. Bukan gathering biasa. Acara tersebut diadakan di dua negara sekaligus: Malaysia dan Singapura. Masing-masing dua hari di sana. Nah, kawan saya ini kebetulan turut diundang dalam acara tersebut. Senang bukan kepalang.
”Alhamdulillah, doa saya terkabul!” tulisnya dalam akun Facebook miliknya.
Akhirnya Mereka Dikaruniai Anak
Kejadian ini sudah berlangsung cukup lama, sekitar 2006. Sore itu saya berada di kantin dekat kantor English First (EF) di Jalan Kayoon, Surabaya. Biasanya, pada hari tertentu tiap sore, tempat tersebut selalu ramai. Penuh dengan anak-anak, remaja, ataupun mahasiswa yang hendak les bahasa Inggris di tempat itu.
Saya sendiri waktu itu sedang menunggu waktu pulang kerja. Setelah pekerjaan rampung, mampir ke kantin tersebut. Kantor saya kala itu memang berdekatan dengan kantor EF.
Ode Siswa Miskin
pendidikan kini tak lagi berpihak pada kami
di saat urusan perut menempati tempat teratas di kamus kami,
pendidikan justru tidak terjangkau oleh kami
bahkan, pendidikan kini belum tentu berpihak pada siswa berotak cemerlang
karena itu, kami tak berani bermimpi-
bisa mengenyam pendidikan dengan baik
ketika dana BOS saja masih disunat
ketika anggaran untuk siswa miskin tidak sepenuhnya bisa kami nikmati
ketika biaya untuk sekolah bisa terbang setinggi layang-layang
bagaimana bisa?
bagaimana mungkin?
kami tidak menyalahkan mengapa bapak ibu kami miskin
sama sekali tidak
kami tidak mengeluh meski lekat dengan:
kumuh
jorok
bau limbah
sungai kotor
rumah reyot
maka, sesak dada kami menahan sedih
ketika menatap anak-anak sebaya yang bisa mengenakan seragam sekolah
ketika pendidikan gratis hanya bisa kami baca di koran bekas yang terbuang
lantas, haruskan kami bernasib sama seperti orang tua kami
jika pendidikan gratis hanya sebatas mimpi?
Surabaya, 18 Juli 2011
Eko Prasetyo