Monthly Archives: Mei 2015
SPG Buku
Tjatatan Must Prast
Klub Baca Buku IGI
Nyonya belakangan ini seperti sumbu pendek. Emosinya mudah tersulut. Gara-garanya, buku-buku di rumah kami semakin bertumpuk. Kebanyakan ialah buku teks untuk keperluan kuliah saya.
Namun, penyebab utamanya bukan benda-benda kesayangan saya tersebut, melainkan ia berhasil menemukan struk belanja buku yang saya sembunyikan di bawah printer.
Di struk yang ia temukan itu, tertulis nominal belanja buku sebesar Rp 1 jutaan. Kontan ia mencak-mencak. Wejangan-wejangan tentang melemahnya perekonomian Indonesia dan fluktuasi harga brambang, bawang, kluwek, hingga lombok rawit keluar dari bibirnya yang sekecup bulan tersebut. Ingin rasanya saya masuk kuliah saja hari itu. Read the rest of this entry
Minyak Kemiri
Tjatatan Must Prast
Klub Baca Buku IGI
Saya lebih meyakini bahwa wajah Gajah Mada itu seperti yang terlihat pada arca Brajanata di Museum Nasional Jakarta. Bukan wajah Gajah Mada yang digambarkan oleh Muh. Yamin pada 1945, yakni raut pria berwajah tembem dan berambut ikal.
Brajanata merupakan tokoh cerita rakyat zaman Majapahit. Ia dilukiskan seperti Wrekudara a.k.a Bima. Brajanata digambarkan sebagai sosok kakak pelindung Raden Panji, yang diduga sebagai personifikasi Hayam Wuruk, raja Majapahit paling kesohor.
Di Museum Nasional Jakarta, arca Brajanata bernomor inventaris 310d dan diambil dari Gunung Penanggungan, Jawa Timur. Wujudnya tegap, berkumis melintang, berambut ikal, dengan lingga menonjol.
Saya memang ngefans berat sama tokoh Sumpah Palapa ini. Hampir semua buku tentang komandan pasukan Bhayangkara Majapahit ini saya lahap. Termasuk novel berjudul sama karya Langit Kresna Hariyadi.
Umumnya, saya menemukan bahwa banyak tokoh macho yang tidak hanya memiliki kepemimpinan (leadership) bagus, tapi juga kumis tegas. Contohnya, Sakera (legenda jawara Madura). Read the rest of this entry
Pojok Bahasa: Tempat Dimana Mereka Berdiri
Tjatatan Must Prast
Klub Baca Buku IGI
Sabtu lalu (2/5), bertepatan dengan Hardiknas, saya mengajar di kelas literasi PPPG Unesa. Setelah sebelumnya membimbing kelompok (kelas) II, kali itu saya berinteraksi di kelompok III. Materinya berkaitan tentang jurnalistik.
Setelah pembekalan materi, tiba saat mengevaluasi hasil tulisan mereka. Terus terang para peserta kelas literasi angkatan kedua ini rata-rata memiliki kemampuan menulis yang baik. Hanya, masih banyak di antara mereka yang lengah pada penggunaan kata yang tidak tepat.
Contohnya sebagai berikut.
- Kami berhasil menginjakkan kaki di tempat dimana mereka berdiri.
- Rumah dimana sang empunya tinggal tersebut kini sepi.
- Dimana ia pernah bertemu dengan lelaki itu, hal ini sangat mengesankan baginya.
Kekasihku Perempuan Setengah Abad (1)
Tjerita Preeet: Must Prast
Ay….
bolehkah aku ungkap
secuil nama yang
buat hatiku gagap?
”Lupakan saja aku. Waktu semestinya tidak mempertemukan kita. Engkau lebih pantas menjadi adikku,” ujarmu suatu senja, memecahkan keheningan.
Ay…..tolong jangan ucapkan kalimat itu lagi. Apakah cinta hanya milik mereka yang sebaya? Cinta tidak serendah itu. Bukankah kita sama-sama tahu bahwa Muhammad dan Khadijah terpaut jarak usia 20 tahun? Namun, keduanya adalah pasangan paling serasi di muka bumi ini.
”Sekarang katakan apa yang membuatku harus menyiapkan tempat paling istimewa di hatiku?”
Ay…..duduklah sejenak. Mari menikmati barang sebentar lantunan I’m Thru with Love dari Diana Krall. Bukankah ini nomor yang kita dengarkan berdua, benar-benar berdua, sejak pertama kita bersemuka di tepi Sungai Rembulan? Read the rest of this entry