Monthly Archives: November 2011
Ir Ahmad Rizali dari Dekat
Catatan Must Prast
editor Jawa Pos
Setelah hampir tiga tahun kerap diskusi di dunia maya di milis Ikatan Guru Indonesia (dulu Klub Guru Indonesia), akhirnya saya bisa bersemuka dengan Direktur Green Education Pertamina Foundation Ir Ahmad Rizali. Pertemuan yang istimewa karena kami sama-sama berada di forum guru dalam seminar pendidikan di aula SMAN 1 Lasem, Rembang.
Saya sebenarnya tak asing dengan wajah pria yang akrab disapa Pak Nanang tersebut. Sebab, sebelumnya saya pernah menjadi editor buku keroyokannya yang ditulis bersama Ketua Umum IGI Satria Dharma dan Ir Indra Djati Sidi MSc PhD. Buku itu diterbitkan Grasindo (lini penerbitan Gramedia) pada 2009 dengan judul Dari Guru Kovensional Menuju Guru Profesional.
Dugaan saya ternyata benar. Pak Nanang bukan pejabat seperti umumnya pejabat. Ndak birokratis. Juga nggak pelit ilmu serta informasi terkini. Orangnya asyik diajak ngobrol. Sesekali derai tawa keras mengalir dari perbicangan kami. Gayeng sekali.
Bicara dengannya sama dengan berlayar di tengah samudra luas. Betapa tidak, dalam satu waktu bisa membahas masalah kebahasaan, tak lama kemudian kami bisa mendiskusikan problem pendidikan bangsa ini dengan amat serius. Pria yang pernah mengenyam pendidikan di Inggris itu mengaku prihatin dengan kondisi edukasi di tanah air saat ini. Mulai masalah RSBI/SBI hingga ujian nasional (unas). ”Miris,” katanya singkat.
GUGAT, Karya Terbaru Alumni IKIP Surabaya
Editor: Eko Prasetyo
SURABAYA – Hanya dalam hitungan enam bulan setelah terbitnya kumpulan cerpen Ndoro, Saya Ingin Bicara (Juni 2011), alumni Unesa (IKIP Surabaya) kembali akan meluncurkan karya terbaru. Yakni, kumpulan puisi (kumpuis) yang berjudul GUGAT.
Yang menarik, lahirnya dua buku tersebut bermula dari diskusi di mailing list Keluarga Unesa. Suhartoko, ketua tim penyusun kumpuis, mengatakan bahwa kehadiran GUGAT diharapkan mampu para mahasiswa untuk berani menelurkan karya mereka. ”Sekaligus menjadi pelecut kami alumni IKIP Surabaya untuk terus berkarya dan eksis,” tutur pria yang menggeluti dunia kehumasan tersebut.
Dia menjelaskan, GUGAT merangkum 112 puisi dari 24 alumnus IKIP Surabaya. Mereka berasal dari berbagai latar belakang dan profesi. Mulai sastrawan, dosen, guru, hingga pekerja media. Di antaranya, Bonari Nabonenar, Mh. Zaelani Tammaka, dan Sirikit Syah.
Pria asal Gresik itu menambahkan, kumpuis tersebut dibagi dalam beberapa tema. Yakni, ironi kekuasaan, jati diri dan nasionalisme kelabu, urban roda zaman, semesta serpihan kehidupan, serta kontra pasrah. ”Kami ingin menyampaikan kritik terhadap tata kelola negeri ini di semua bidang kehidupan. Kegelisahan inilah yang kami rangkum dalam kumpuis GUGAT ini,” ucapnya.
Pria yang akrab disapa Hartoko itu melanjutkan, kumpuis GUGAT rencananya akan dihadiahkan dalam acara Dies Natalies IKIP Surabaya (Unesa) pada 19 Desember 2011. Dia menegaskan, GUGAT diharapkan bisa mengawali karya-karya lainnya yang lebih inspiratis. ”Khususnya di bidang pendidikan. Sesuai dengan visi dan misi Unesa,” pungkasnya. (prast/unesa)