Kado Terindah

Membaca puisi-puisi Eko Prasetyo dalam Rumah Kartu seperti membaca perjalanan hidupnya mulai tahun 2006. Yakni, pergulatannya saat memantapkan keyakinan, kritik, sindiran-sindirannya kepada penguasa, dan perjalanan cintanya. Pemilihan judul Rumah Kartu dengan analogi kartu adalah puisi mengingatkan pada penyusunan kamus yang mengibaratkan kamus sebagai rumah bagi kartu kata.

Dalam puisi-puisinya, beberapa hal merupakan imajinasi yang mungkin tidak sesuai dengan kebiasaannya; beberapa bahasa digunakannya untuk menghentakkan rasa dan pikir; beberapa teknik pun digunakan mulai akrostik, penomoran bait, pengulangan, penguatan bunyi, pemilihan kata yang cerdas, sampai pada yang mengalir begitu saja.

Guratan-guratan puisinya semakin mantap saat dia menorehkan pena dan rasa untuk Jeng Ratih-nya. Di beberapa tempat  yang dikunjunginya, dia selalu mengabarkan rasa dan pergulatan batinnya kepada istrinya yang selalu disapa ”Jeng Ratih-ku sayang”.

Puisi-puisi untuk istrinya yang diraup dalam judul Serenade menggeleparkan  penghargaan dan ketulusan cintanya. Beberapa pilihan katanya mengingatkan pada puisi-puisi cinta Rendra.

Bahkan, setelah membaca puisi-puisinya yang menebarkan cinta –terus terang–seakan bisa membuat  wanita lain menjadi ”ikut tergetar” pada cinta sejatinya.

Saya kira, inilah kado terindah dari seorang suami kepada istrinya yang layak dibaca oleh orang dewasa.

Prof. Dr. Kisyani Laksono, M.Hum

Pembantu Rektor I Universitas Negeri Surabaya

 

 

 

Tinggalkan komentar