Buku dan Kegelisahan Renald

Catatan Eko Prasetyo

editor Jawa Pos

”Pada era informasi seperti sekarang, buku yang bagus akan berbicara dengan sendirinya,” kata Renald Khasali (Jawa Pos, 20/6/2011).

Dalam kolomnya di Jawa Pos, Renald menyoroti langkah penerbit/penulis yang memasarkan buku dengan cara bombastis. Wajar. Sebab, ada-ada saja cara penulis agar bukunya laku. Mulai menebar uang recehan dan voucher seminar kepada penduduk kampung dari helikopter sampai mengirim peti mati. Bahkan, para pengarang baru tersebut mengajarkan cara-cara bombastis, cenderung jalan pintas, kepada anak-anak muda.

Buku-bukuan

Catatan Eko Prasetyo

editor Jawa Pos

Apakah Anda pernah menghasilkan karya tulis berupa buku? Apakah Anda sudah puas dengan karya tersebut? Ada baiknya kita simak pengalaman berikut ini.

Seorang redaktur senior dari anak perusahaan Jawa Pos menggerutu sepulang dari Surakarta dengan naik bus. Di kota tersebut, dia menyempatkan membeli buku sebagai teman di perjalanan menuju Surabaya. Isinya tentang Prabowo Subianto yang diterbitkan oleh salah satu penerbit ternama. Penulisnya sendiri adalah seorang perempuan, bekerja di sebuah tabloid ternama pula di Jakarta. Redaktur itu menceritakan, promo di sampul buku tersebut menyebutkan bahwa si penulis pernah menulis beberapa buku ”best seller”.

Namun, redaktur itu tak bisa menyembunyikan kekesalannya setelah membaca beberapa lembar buku tersebut. Begitu jengkelnya, sampai-sampai dia menyebut buku itu ”buku-bukuan.” Alasannya, si penulis cuma perajin atau tukang yang menghimpun begitu banyak artikel di internet.

Udan Riwis-Riwis

: jeng Ratih-ku sayang

 

udan riwis-riwis sak wayah wengi iki

ketingal saka jendela

asrep.

nalika tak tulis kajubahing tresna

liwat udan ingkang rasa bungahku marang

tindak panembung kangen

: mu

 

Graha Pena, 3 Juni 2011