Memilih Buku Bacaan


Catatan Eko Prasetyo

editor Jawa Pos

Membaca itu membebaskan. (Gambar: rikapoerba.blogspot.com)

Jamak diketahui bahwa minat siswa di Indonesia terhadap kegiatan membaca belum bisa dikatakan menggembirakan. Celakanya, sebagian guru cenderung memaksakan aktivitas tersebut pada anak didiknya.

Sebenarnya, sah-sah saja tindakan demikian karena maksudnya memang baik, yakni menanamkan perilaku atau budaya membaca kepada anak. Namun, tidak semua siswa suka dengan buku yang diwajibkan untuk mereka baca. Hal inilah yang mesti dipahami oleh para pendidik.

Untuk itu, para guru harus benar-benar menyadari bahwa memilih sendiri bahan-bahan bacaan merupakan dasar bagi falsafah membaca perorangan.

Ada beberapa tahap yang mesti dilakukan dalam memilih bahan atau buku bacaan. Praktisi pendidikan asal Amerika Wilbard Olson dalam Individualizing Your Reading Program (Addison-Wesley Publishing Company, Massachusetts) menjelaskan sebagai berikut.

  1. mencari bahan-bahan bacaan,
  2. memilih sendiri buku-buku yang akan dibaca,
  3. membaca buku yang telah dipilih.

Saya telah melakukan pengamatan di SMA Negeri 5 Surabaya yang mengadakan program Gerakan Literasi Sekolah. Salah satunya, siswa dibebaskan  memilih buku bacaan. Rata-rata memilih bacaan seperti novel. Namun, ada pula yang memilih buku umum yang berisi kisah traveler, sejarah, kuliner, dan lain-lain.

Dampaknya sangat positif. Minat mereka terhadap aktivitas membaca buku meningkat. Itu terbukti dengan banyaknya buku yang telah mereka baca. ”Anak-anak sudah membaca 1.851 buku selama dua bulan,” ujar Wakil Kepala Bidang Kesiswaan SMAN 5 Surabaya Karyanto kepada saya awal Oktober 2012.

Dalam kesempatan program literasi di beberapa sekolah, saya melihat keunggulan praktik pemilihan sendiri bahan-bahan bacaan oleh siswa. Namun, hal ini harus dipengaruhi dua faktor.

Pertama, anak mesti memiliki beberapa minat yang ingin dikembangkan serta dijelajahinya lebih lanjut. Dengan begitu, hal tersebut dapat memikat dan mengikat sang anak pada situasi membaca.

Kedua, harus ada bahan-bahan bacaan yang tersedia yang dapat menjalin serta menyerasikan minat anak.

Jika minat terhadap membaca sudah tinggi, dampak dan manfaatnya sangat besar. Selain menambah khazanah pengetahuan dan meningkatkan kecepatan efektif membaca, faidah lainnya adalah penyelesaian masalah lewat media bacaan.

Graha Pena, 12 Oktober 2012

About Eko Prasetyo

Mari Beramal lewat Ilmu

Posted on Oktober 12, 2012, in budaya, Catatan Harian, Edukasi. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar