Arsip Blog

Ketika Panglima Ditilang


 

Catatan Must Prast

editor Jawa Pos

Salah satu adikku memilih dunia militer sebagai profesinya. Sebagai kakak, tentu aku berupaya untuk selalu mengingatkannya pada tindakan dan moral yang baik. Apalagi, dia seorang perwira.

Jujur, aku kadang agak jengkel jika melihat tentara yang naik bus umum dan tidak bayar. Ini tidak hanya sekali atau dua kali aku saksikan.

Seorang kawanku di redaksi bahkan pernah mengalami pengalaman tak menyenangkan dengan anggota TNI. Suatu ketika, spion mobilnya menyenggol sepeda motor milik seorang serdadu AL. Kawanku didamprat dan kaca spionnya dipecahkan. Padahal, versi kawanku, tentara itulah yang salah karena melanggar markah.

Lantaran kesal, temanku tadi menulis keluhan di Surat Pembaca Jawa Pos dengan judul Preman Baju Doreng. Karena itu, aku merasa berkewajiban mengingatkan adikku untuk menjadi serdadu yang rendah hati dan tidak arogan apa pun pangkat dan jabatannya.

Dalam suatu diskusi keluarga, aku menceritakan kembali nilai-nilai moral dan sikap ksatria yang harus dimiliki seorang prajurit. Aku menuturkan kisah Kolonel Bambang Sugeng, KSAD periode 1952–1955.   Read the rest of this entry