Sumarijem (1)


Catatan @mustprasetyo

Awak redaksi web IKA Unesa

Ia penjual telur keliling di Jogjakarta. Namanya Sumarijem. Usianya baru 17 tahun saat itu. Kulitnya bersih, kuning langsat. Rambutnya hitam, lurus, dan panjang. Matanya belok. Untuk ukuran gadis desa, ia bisa dibilang kembang yang tengah merokah indah. Harum.

Cuaca di Kota Gudeg hari itu cukup bersahabat. Cerah. Orang-orang berlalu-lalang menjalankan aktivitas masing-masing. Tak terkecuali Sum, panggilan sang kembang desa tersebut.

Seperti biasa, ia menjajakan telur door-to-door. Berjalan kaki. Tak terhitung berapa kilometer yang ia lahap tiap hari. Toh, sengatan matahari tak mampu menjilat kulit gadis yang bertubuh molek itu. Di bawah sinar sang surya, ia tampak kian memesona.

Tak heran jika beberapa lelaki menunjukkan pandangan nakal. Sesekali siulan terdengar saat Sum melintas. Namun, ia tak peduli. Matanya yang bulat bak ikan koki membuang pandangan jauh ke depan. Mencari pembeli telur yang dibawanya dalam gendongan.  

Hari itu ia sangat percaya diri. Mengais rezeki untuk ia bawa pulang kembali ke rumah. Namun, ketika sinar mentari nyaris berada tepat di atas ubun-ubun, sebuah mobil jip terlihat mengikuti langkah Sum.

Mobil tersebut berisi empat pemuda. Semuanya berambut gondrong. Mata mereka rupanya sepakat: tertuju pada Sum. Melihat kemolekan tubuh Sum yang sintal dan berisi itu, para pemuda tersebut mulai bertingkah liar. Niat jahat pun tak terbendung.

Tepat di pinggir jalan, Sum dipepet. Ia sempat berteriak. Namun, suaranya tak bersambut pertolongan karena kondisi jalan sedang sepi. Tiga lelaki muda yang ada di dalam mobil bergegas keluar. Mereka menangkap Sum dengan beringas.

Gadis cantik itu kemudian dimasukkan ke dalam mobil secara paksa. Ia meronta-ronta. Namun, mulutnya keburu dibekap. Sum tak tahu ia hendak dibawa ke mana. (bersambung)

Sidoarjo, 22 Februari 2013

Note: Kasus Sumarijem atau yang lebih dikenal dengan kasus Sum Kuning mencuri perhatian nasional pada 1970 ketika Slamet Djabarudi, saat itu wartawan Pelopor Jogja, mewawancari Sum yang mengaku disiksa polisi karena diduga membuat laporan palsu. Kepada polisi, Sum melapor bahwa dirinya telah diperkosa empat pemuda gondrong di Jogja.

About Eko Prasetyo

Mari Beramal lewat Ilmu

Posted on Februari 22, 2013, in Sejarah, Uncategorized. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar